Saya masih ingat ketika pertama kali mendengar kasus bunuh diri yang sempat ramai. Jika ada yang masih ingat, aksi bunuh diri itu sempat disiarkan di Facebook. Jutaan orang melihat orang lain mengambil dirinya sendiri.
Saya saat itu bingung. Bagaimana seseorang dapat memiliki pikiran untuk mengambil nyawanya sendiri. Padahal, bunuh diri adalah hal yang tidak diperbolehkan oleh agama manapun.
Hidup adalah anugerah terbesar dari tuhan. Kita seharusnya menjaganya dengan berbagai cara. Saya yang masih anak-anak saat itu tidak mengerti apa-apa.
Tapi, apa sebenarnya penyebab seseorang mau melakukan itu? Situasi apa yang telah ia laluinya sampai ia memutuskan bahwa ‘lebih baik aku mati saja.”
Saya menemukan berbagai alasan itu ketika membaca novel ini. Scheduled Suicide Day. Novel karya Akiyoshi Rikako. Di sini saya menemukan berbagai alasan orang ingin mengambil nyawanya tersendiri.
***
Novel ini menceritakan tentang Ruri. Seorang gadis yang ingin melakukan bunuh diri. Ruri memiliki orang tua yang sukses. Ayah dan ibunya memiliki usaha restoran.
Restoran itu selalu ramai orang. Ayah dan ibu Ruri saat itu memang jenius dalam membuat berbagai makanan baru. Memang, makanan unik di Jepang adalah hal yang dicari warga lokal.
Tapi, tidak lama kemudian, ibu Ruri meninggal. Sakit parah yang dideritanya tidak bisa ia lawan. Ibunya meninggalkan Ruri bersama ayahnya.
Ayahnya sempat sedih. Restoran tak kunjung dibuka. Tapi, Ruri berusaha menyemangatinya.
Alhasil, ayahnya berhasil bangkit dari keterpurukannya. Bahkan, ayahnya menikahi seorang wanita lagi. Wanita yang dulu adalah sekretarisnya.
Ruri merasa ada sesuatu yang janggal dengan ibu tirinya itu. Ia merasa bahwa ibu tirinya itu memiliki maksud tersendiri dengan menikahi ayahnya. Dan, sampai hari itu, ia melihat ibu tirinya membunuh ayahnya.
Ruri tetap diam meskipun ia terkejut dengan peristiwa itu. Selama beberapa tahun, ia hidup dengan ibu tirinya. Sampai-sampai ia tidak bisa tahan lagi.
Ia akhirnya pergi ke desa yang terkenal dengan mitos bunuh diri. Ruri berharap bahwa ia bisa menyusul ayahnya. Tapi, sebelum ia bunuh diri, ia malah bertemu dengan hantu seorang pemuda.
Hantu itu menghentikan niat Ruri dan berjanji akan membantunya. Membantu mengumpulkan bukti yang disembunyikan oleh ibu tirinya. Tapi, jika Ruri gagal, Ruri akan bunuh diri.
Ruri hanya memiliki waktu satu minggu. Satu minggu sebelum ia bunuh diri. Satu minggu sebelum ia mengambil nyawanya.
***
Ketika membaca novel ini, cerita yang diceritakan sangat ‘relate’ dengan kehidupan nyata kita. Apalagi latar dan plotnya masih berupa anak sekolah. Anak SMA yang emosinya masih tidak stabil.
Masa SMA adalah masa kita mencari jati diri kita. Masa-masa SMA adalah masa paling terindah. Tapi, terindah itu hanya untuk sebagian murid.
Hal itulah yang berusaha dikeluarkan di cerita ini. Kita terkadang tidak peka terhadap orang yang membutuhkan bantuan kita. Bahkan, kadang kita malah mempersulit hidup mereka dengan mengucilkan mereka.
Di dalam novel ini, saya menemukan berbagai fakta lapangan yang terjadi di berbagai sekolah. Fakta ini tidak hanya terjadi di Jepang. Melainkan di berbagai negara.
Fakta-fakta lapangan tersebut adalah bagaimana tindakan bullying masih sering terjadi. Bahkan di sekolah yang katanya terbaik dan terdiri dari siswa berprestasi. Lalu, di novel ini juga ditunjukkan bahwa masih banyak guru dan instansi pendidikan yang tidak peka dengan keadaan mental muridnya sendiri.
Masih banyak guru yang tidak tau bagaimana cara mengatasi masalah antar siswa. Masalah tidak akan pernah bisa selesai hanya dengan minta maaf. Terkadang masalah antar siswa itu lebih memusingkan dibandingkan dengan orang dewasa. Hal itulah yang ingin ditunjukkan dari novel ini
Jarang sekali untuk Akiyoshi Rikako membuat cerita yang bertema beda. Biasanya novel-novelnya bertema thriller. Lalu dibungkus dengan plot twist yang keren.
Di dalam novel ini juga ada plot twist yang keren. Tapi, plot twist itu lebih seperti melegakan. Bukan membuat kita terkejut.
Malah saya cukup senang dengan akhir cerita yang berjalan. Apalagi dengan berbagai hal yang dilalui oleh tokoh utama.
Bagi saya, novel ini adalah novel misteri yang memberikan pesan paling dalam. Thriller dan unsur lainnya kali ini hanya sebagai bumbu pelengkap.
***
Setelah membaca novel ini, saya jadi mengerti. Saya jadi mengerti bagaimana seseorang berani dan memutuskan untuk bunuh diri.
“Ketika kehidupan sudah tidak ada gunanya. Untuk apa kita hidup? “ Begitulah kira-kira yang saya tangkap.
Tapi, pesan yang saya dapat dari novel itu bukan itu. Pesan utama dari novel ini adalah bagaimana tindakan bunuh diri yang tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Malah cenderung akan menambahnya. Hal itu daapt terlihat di akhir cerita dari novel ini.
Hargailah hidupmu dan pikirkanlah dua kali, lima kali, bahkan seribu kali sebelum memutuskan itu. Pikirkanlah tentang keluargamu, temanmu, dan orang yang peduli kepada kalian. Dengan itu, kalian pasti akan bisa melaluinya. Aku bisa menjamin itu.
Komentar
Posting Komentar