Terkadang kita bisa melalui masa-masa itu dengan perasaan optimis dan penuh percaya diri. Tapi, tidak semua orang bisa melalui itu. Tidak semua orang memiliki kekuatan seperti itu.
Saya pernah melalui fase itu. Fase dimana saya mengira kalau dunia ini tidak adil. Fase ketika saya sudah lelah dengan apa yang saya lakukan.
Saya saat itu ingin menyerah. Saya sampai memiliki pikiran, ‘apakah dunia akan lebih baik jika saya tiada.” Jika saya mengingat itu, saya bisa merasakan betapa egoisnya pikiran saya.
Novel 13 Reasons Why adalah salah satu buku yang cukup bisa membantu saya. Waktu itu tepat sekali saya sedang mencari novel yang bisa relevan dengan kondisi saya saat itu.
Sebenarnya saya jarang sekali menemukan novel yang membahas penyakit mental. Biasanya jika ada pasti genrenya akan menjadi thriller atau horror. Tapi ternyata ada juga novel yang bergenre teenlit yang membahas mengenai bullying dan penyakit mental.
***
Novel ini dimulai dengan tokoh bernama Clay Jensen yang dikirimkan sebuah paket. Paket itu berukuran besar, seperti kotak sepatu. Ia tidak mengetahui siapa yang mengirimnya karena tidak tercantum apa-apa di paket tersebut.
Clay langsung membawanya ke dalam dan membukanya. Ia bingung dengan isi paket yang dipenuhi kaset. Kaset itu ada tujuh. Masing-masing dinomori 1 sampai 13.
Clay penasaran. Ia langsung memutar kaset itu dan terkejut ketika mendengar suara Hannah Baker. Gadis yang 2 minggu lalu meninggal karena bunuh diri.
Clay mendengarkan dengan seksama isi dari kaset tersebut. Kaset-kaset tersebut ternyata berisi 13 alasan. 13 alasan mengapa ia mengakhiri hidupnya.
Disitu perjalanan Clay dimulai. Perjalanannya mengitari kota dan berusaha mengungkap alasan demi alasan mengapa Hannah memutuskan untuk bunuh diri. Perjalanan ini adalah sesuatu yang mengubah segalanya.
***
Awal-awal saya membaca novel ini, saya cukup bingung dengan plot yang disajikan. Plotnya terkesan sangat lamban. Bahkan waktu itu saya hampir bosan dibuatnya.
Tapi, ketika menjelang akhir cerita saya mengerti alasannya. Novel ini memang harus mempunyai plot yang lamban. Mengapa? Agar pembaca dapat benar-benar mengerti makna yang ingin disampaikan oleh Hannah. Si tokoh dari kaset.
Sebenarnya hanya ada satu kata untuk mendeskripsikan novel ini. Yaitu adalah, emosional. Emosional di setiap babnya.
Saya harus membaca setiap babnya dengan pelan-pelan. Dengan cara seperti itu saya bisa memposisikan diri sebagai Clay, tokoh yang menerima kaset itu. Dengan cara seperti itu saya bisa merasakan apa yang Clay rasakan ketika mendengarkan kaset itu.
Saya cukup kagum dengan bagaimana cara penulis membangun karakter tokoh. Tokoh-tokoh di novel ini lumayan banyak dan penulis yaitu, Jay Asher dapat dengan mudah membuat benang merah antara tokoh yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu hal yang juga membangun cerita adalah isu sosial yang ditambahkan. Kasus ‘Bullying’ dan pelecehan seksual adalah hal yang sudah menjadi makanan siswa/siswi di beberapa negara.
Hal-hal seperti itu tidak hanya terjadi di negara-negara seperti Amerika saja. Di Indonesia juga sering terjadi. Hanya saja, kadang beritanya tertutup berita-berita yang tidak penting. Berita yang penting dan harus menjadi konsumsi publik malah terkubur.
Hal ini tentu menjadi sebuah masalah. Lalu ditambah oleh korban yang tertutup dan takut untuk berbicara. Segala permasalahan tersebut membuat penulis ingin membuat cerita dan menyampaikan pesan terkait permasalahan ini.
Akhir cerita yang ada di novel ini membuat saya puas. Menurut saya akhir cerita itu sangat pas. Lalu pesan yang ingin disampaikan juga dapat dimengerti oleh semua orang.
***
Sudah tiga hari sejak saya membaca novel ini dan sama sekali tidak bisa melupakan ceritanya. Ceritanya terlalu membekas. Perasaan Clay sangat membekas di hati saya.
Saya masih bisa ingat perasaannya ketika ia mengetahui mengapa ia dikirimi kaset-kaset itu. Saya masih bisa mengingat penyesalan terbesar yang ia miliki. Apalagi ketika mendengar suara Hannah untuk terakhir kalinya.
Setelah membaca novel ini saya menjadi sadar. Depresi adalah penyakit kejiwaan yang bisa terjadi oleh siapa saja. Tidak memandang umur. Baik tua maupun muda.
Depresi adalah penyakit yang serius. Salah langkah sedikit dalam menasehati orang dapat berakibat fatal. Salah satunya adalah bunuh diri.
Untuk itu, kepada orang atau siapapun yang membaca review saya, sayangilah orang-orang terdekat kalian sebelum mereka pergi. Karena ketika mereka pergi, kalian ditinggalkan oleh perasaan paling menyakitkan. Yaitu, penyesalan.
Komentar
Posting Komentar