Otak adalah sebuah bagian penting dalam tubuh kita. Tanpa organ ini kita tidak akan bisa menjalankan tubuh kita. Kita tidak akan bisa melakukan apa-apa.
Banyak sekali penyakit yang berhubungan dengan otak. Salah satu diantaranya adalah gangguan ingatan. Gangguan yang membuat kita sulit untuk mengingat sesuatu.
Gangguan ini adalah kendala terbesar di dalam kehidupan kita. Saya saja yang masih muda terkadang masih suka lupa ketika menaruh sesuatu. Pernah suatu saat saya mencari salah satu buku saya yang hilang.
Saya kira buku itu sudah hilang. Saya sempat berpikir mungkin terbuang karena saya salah menaruhnya. Saya sempat pasrah. Memang sih bukan buku mahal, tapi saya lumayan sayang dengan buku itu. Tapi, nyatanya buku itu sedang dipinjam oleh teman saya.
Saya lupa jika teman saya meminjamnya kemarin di sekolah. Setelah mengetahui itu, saya hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kecerobohan saya. Bisa-bisanya saya lupa. Padahal baru kemarin peristiwanya.
Tapi, saya masih bersyukur karena otak saya masih bisa memproses ingatan dan kenangan. Coba bayangkan ketika otak tidak lagi bisa memproses informasi baru yang masuk. Melainkan hanya membawa kita kepada ingatan lama.
Kejadian ini adalah peristiwa langka yang terjadi di dunia nyata. Namun, kejadian itu juga terjadi di dalam dunia fiksi. Salah satunya di novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul ‘Memory of Glass.’
***
Cerita novel ini diawali dengan Mayuko, seorang gadis yang menderita gangguan ingatan. Ia tiba-tiba menelepon polisi dan menyerahkan dirinya. Mengatakan bahwa ia sudah membunuh seseorang.
Polisi datang di TKP. Di rumah Mayuko sudah ada seorang pria yang tergeletak bersimbah darah. Luka tusuk terlihat di sekitar dadanya.
Mayuko seketika langsung menjadi tersangka. Tapi, ia tidak mengingat tentang kejadian pembunuhan itu. Ia tidak mengingat apa yang ia lakukan. Ia tidak mengingat pernah bertemu dengan korban.
Suami Mayuko yang bernama Mitsuharu juga diinterogasi oleh polisi. Saat itu Mitsuharu sedang tidak di rumah ketika peristiwa itu terjadi. Tapi, selama penyelidikan ada beberapa kejanggalan dengan Mitsuharu.
Detektif yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini ternyata menemukan sebuah fakta baru. Fakta yang menentukan bagaimana nasib Mayuko. Fakta yang menentukan kasus Mayuko.
***
Judul dari novel ini menurut saya sangat cocok dengan novelnya. Memory of Glass. Artinya, kepingan kaca ingatan. Kepingan kaca ingatan yang berusaha dirangkai oleh Mayuko.
Novel ini dibagi menjadi dua sudut pandang setiap babnya. Jadi ada sudut pandang penyelidikan dari detektif dan juga dari tokoh utama sendiri. Bagi saya, novel ini adalah hal baru untuk jajaran novel Akiyoshi Rikako.
Selama saya membaca karya beliau, jarang sekali beliau menulis cerita thriller yang bertema penyelidikan seperti ini. Biasanya novelnya akan langsung menceritakan tokoh utama, konflik, dan beberapa hubungannya dengan tokoh lain.
Sedangkan novel ini sangat fokus dengan penyelidikan yang terjadi. Selain itu penyelidikannya juga ditulis dengan alur yang seru. Sehingga, keseimbangan antara thriller dan misterinya masih terjaga.
Pengembangan karakter di tokoh utama menurut saya sangat bagus. Dari awal cerita, karakter tokoh dibuat lugu bahkan saya sempat gregetan di salah satu bab karena keluguannya itu. Tapi seiring berjalannya cerita, tokoh dibuat menjadi sedikit lebih berani meskipun dengan kekurangannya yaitu hilang ingatan.
Tidak mungkin di dalam novel karya Akiyoshi Rikako tidak ada plot twistnya. Menurut saya plot twist di novel ini sangat bagus dan tepat. Alur cerita dari awal membawa argumen ke dalam satu tokoh. Tapi, ternyata argumen tersebut digulingkan lagi dan malah berbalik ke tokoh lain.
Novel ini adalah novel favorit saya setelah ‘Absolute Justice.’ Selain cerita dan plotnya bagus. Novel ini mengangkat mengenai kewaspadaan kita terhadap pentingnya menjaga kesehatan otak.
Keadaan seperti Mayuko bisa saja terjadi kepada kita. Keadaan itu biasanya disebut ‘Amnesia Anterograde.’ Keadaan ini adalah dimana kita tidak bisa mengingat hal baru.
Keadaan itu biasanya bersifat ringan. Tapi, kasus yang terjadi kepada Mayuko adalah kasus langka yang sulit disembuhkan. Sifat penyakitnya mirip seperti orang yang terkena Alzheimer.
Mayuko hanya bisa mengingat informasi baru selama jangka waktu tertentu saja. Setelah itu, ia akan lupa dan hanya mengingat ingatannya semasa ia kuliah dan sekolah.
Keadaan Mayuko yang seperti ini cukup menjadi kendala di cerita. Detektif yang bertugas tidak bisa mendapatkan kesaksian sama sekali. Bahkan untuk memulai sebuah percakapan saja susah. Hal ini pun menjadi sebuah masalah karena ingatan yang semestinya dapat diandalkan malah menjadi sebuah batu halangan.
***
Ingatan adalah senjata terbesar kita dalam mengungkapkan sesuatu. Kita tidak bisa meremehkan kekuatan otak kita untuk melakukan berbagai macam hal. Tapi, jika otak kita sudah rusak, senjata tersebut akan tumpul dengan sendirinya.
Saya tidak akan bisa membayangkan jika saya berada di posisi Mayuko. Saya mungkin akan frustrasi karena tidak bisa mengingat ingatan baru yang terjadi. Tapi, di novel ini saya menemukan sebuah hal lain yang menyatakan bahwa kekurangan itu bisa dilawan.
Bagian itu terdapat di akhir cerita. Bagian dimana kesetiaan suami Mayuko diuji. Bagian ini menurut saya adalah bagian dimana ingatan bukanlah kendala penting. Melainkan hati dan perasaan lah yang lebih penting.
Karena tanpa adanya hati dan perasaan, ingatan kita tidak akan hidup. Meskipun nantinya kita akan lupa, hati kita tidak akan pernah melupakannya. Hati kita tidak akan pernah melupakan bagaimana rasanya dicintai.
Komentar
Posting Komentar