Trik-trik Jitu Mengubah Kebiasaan dengan Buku “The Power of Habbit”

 


Masa ini adalah masa paling buruk. Bisa dibilang pandemi merenggut beberapa hal yang ingin saya lakukan. Rencana yang saya ingin lakukan jadi gagal semua.

Selama 1 tahun pandemi menyerang, saya hanya di rumah saja. Tidak berani pergi kemana-mana. Apalagi ke tempat hiburan seperti mall dan cafe.

1 tahun itu adalah tahun yang lumayan membosankan. Tetapi, untungnya saya lumayan berkembang. Saya jadi sedikit rajin menulis. Saya juga peduli dengan keadaan rumah dan mempunyai inisiatif sendiri untuk membersihkan.

Bisa dibilang, saya menciptakan kebiasaan baik. Tetapi, yang baik pun tidak luput dari yang buruk. Karena selama pandemi saya selalu di rumah, saya menciptakan kebiasaan bergadang.

Awalnya kebiasaan ini tidak mengganggu. Sampai akhirnya menjadi berdampak dengan aktivitas saya. Merembet ke segala hal.

Karena saya tidur terlalu malam, saya akhirnya bangun terlalu siang. Alhasil sifat malas pun terbentuk. Lalu, hal-hal yang ingin saya lakukan menjadi tidak bisa dilaksanakan.

Saya sudah melakukan berbagai cara untuk mengubahnya. Seperti menaruh ponsel di luar kamar atau, melakukan meditasi sebelum tidur. Tetapi, semuanya tidak membuahkan hasil.

Sampai waktu itu, saya teringat salah satu buku non-fiksi. Buku ini pernah saya beli namun belum saya baca sampai habis. Bukunya ditulis oleh Charles Duhigg yang berjudul “The Power of Habbit.”

Dilihat dari judulnya sepertinya membicarakan kebiasaan. Tanpa pikir panjang saya langsung mengambil buku itu dari rak dan membacanya.

 

***

Buku ini terdiri dari 5 bab. Bab yang semuanya penting. Bab itu sebagian besar menceritakan mengenai kebiasaan. Mengenai segala penelitian yang pernah dilakukan dan kasus yang pernah ada.

Ada salah satu penelitian yang lumayan menarik perhatian saya. Saat itu, ilmuwan meneliti otak seorang bapak tua yang bernama Eugene Pauly. Bapak tua ini menderita penyakit yang mengharuskan operasi di bagian otaknya.

Operasi itu memang menyelamatkan otaknya. Tetapi, tidak dengan memorinya. Otak bapak tua ini tidak bisa menerima memori baru dan hanya bisa mengingat masa lalunya.

Apakah Eugene masih bisa melanjutkan hidupnya dengan keadaan seperti ini? Tentunya masih bisa. Karena, di sini lah kebiasaan berperan dalam kehidupan kita.

Eugene yang tidak bisa mengingat denah rumahnya masih bisa pergi ke toilet dengan mudah. Lalu ia juga masih bisa memasak makanan untuk sarapannya sendiri.

Dengan keadaan Eugene yang seperti ini, peneliti memanfaatkannya untuk bisa mengerti apa itu kebiasaan. Mereka akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa kebiasaan memiliki sebuah proses.

Proses ini disebut lingkar kebiasaan yang memiliki tiga hal yang selalu berulang yaitu: Tanda - Rutinitas - Ganjaran. Ketiga hal ini mewakili kebiasaan yang ada di kehidupan kita. Saya akan memecah lagi ketiga hal ini agar anda lebih mengerti.

Tanda adalah dimana saat sesuatu hal memicu kebiasaan anda. Contohnya adalah ketika saya ingin menggosok gigi. Tanda yang muncul adalah hari yang sudah malam atau bau mulut saya yang tidak sedap. Karena tanda ini saya akhirnya menggosok gigi.

Rutinitas adalah proses kejadian kebiasaan anda. Di dalam kebiasaan menggosok gigi rutinitasnya bisa jadi anda sudah ingin tidur, lalu menggosok gigi. Atau, anda ingin bertemu dengan seseorang, jadi anda menggosok gigi. Intinya rutinitas adalah dimana kebiasaan anda berjalan.

Ganjaran adalah sebuah hasil dari kebiasaan anda. Di dalam kebiasaan menggosok gigi. Hasilnya adalah anda akan merasa hawa mulut anda enak dan gigi merasa bersih.

Ketiga hal itu membentuk kebiasaan yang selalu terjadi berulang-ulang. Tetapi, ada satu hal lagi yang juga tidak boleh dilupakan. Satu hal ini adalah roda dari penggerak kebiasaan. Siapa lagi jika bukan perasaan mengidam.

Mengidam adalah sesuatu yang membuat anda ingin melakukan kebiasaan itu terus menerus. Contohnya adalah ketika anda merokok. Anda mengidam nikotin yang membuat perasaan anda tenang. Karena hal itu akhirnya anda akan terus merokok karena anda candu dengan perasaan itu.

Dengan penjelasan seperti ini, saya menjadi mengerti bagaimana kebiasaan bekerja. Salah satu hal yang bisa saya puji dari buku ini adalah penjelasannya yang mudah diterima. Lalu, bahasanya juga tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti.

Saya yang baru membacanya pun bisa mengerti. Bagi saya buku ini bisa dibaca untuk mereka yang masih awam dan ingin mengerti mengenai kebiasaan. Bahkan, di akhir buku pun ada bab lampiran untuk menjelaskan mengenai bagaimana menyusun strategi perubahan kebiasaan.

Saya langsung menyusun strategi dan trik bagaimana caranya mengubah kebiasaan saya menurut buku itu. Yang pertama saya cari waktu itu adalah rutinitas saya dan perasaan mengidam apa yang saya idamkan dari bergadang.

Setelah beberapa hari mencoba ternyata saya mengidam suasana sepi dan bebas ketika malam hari. Rutinitasnya adalah saya bosan, suasana menjadi sepi, lalu saya mulai menonton film sampai larut malam.

Ketika sudah mengetahui itu, saya langsung mencari tandanya. Ternyata saya mulai merasakan itu di jam 11 malam. Apalagi saat adik saya mulai tertidur. Lalu ganjaran yang saya rasakan adalah saya merasa puas dan nyaman dengan suasananya.

Semua hal sudah terdeteksi. Sekarang saatnya untuk merubah. Saya merubah rutinitas saya yang awalnya menonton film menjadi meditasi. Setiap malam saya melakukan meditasi. Minimal 10 menit.

Sebenarnya meditas sudah saya coba lakukan waktu itu. Hanya saja ternyata tidak efektif karen saya tidak mengerti mengenai kebiasaan saya. Setelah perlahan-lahan mengerti saya akhirnya bisa melakukannya.

Meditasi itu cukup bekerja di minggu pertama. Saya akhirnya selalu tertidur lebih awal dan bisa bangun lebih pagi dengan kepala yang tidak berat. Saya bisa memulai hari dengan lebih baik dan lebih semangat.

Nah, dari kebiasaan kecil ini biasanya akan merubah segalanya. Kita biasanya tidak sadar. Tetapi, nantinya kita akan merasa bahwa semuanya berubah sedikit demi sedikit seiring diri kita yang semakin membaik.


***

Saya lupa mengatakan hal yang juga penting dalam perubahan. Yaitu adalah kekuatan tekad. Kekuatan ini adalah hal yang dapat mendorong kemauan untuk merubah kebiasaan.

Kekuatan ini ibarat sebuah batu bara yang menjadi bensin untuk menggerakkan roba perubahan. Tanpa kekuatan ini kita tidak akan pernah bisa merubah kebiasaan. Penjelasan saya di atas akan sia-sia jika tidak diikuti kekuatan tekad.

Karena nantinya kita tidak akan mempunyai kekuatan yang kuat untuk merubahnya. 

Komentar

Posting Komentar